Senin, 09 Mei 2016

KONFLIK DAN CONTOHNYA

KONFLIK
 
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik merupakan suatu masalah sosial yang timbul karena ada perbedaan pendapat maupun pandangan yang terjadi dalam msaayarakat dan negara. Biasanya konflik muncul akibat tidak adanya rasa toleransi dan saling mengerti kebutuhan masing-masing individu. Dalam pengertian konflik ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai konflik. Berikut ulasannya.
a. Konflik menurut Robbins
Menurut Robbins, konflik adalah suatu proses dimana suatu pihak merasa dirugikan dan pihak tersebut telah memberikan efek negatif kepada pihak lainnya.
b. Konflik menurut Alabaness
Sedangkan menurut Alabaness, konflik adalah sebuah keadaan dimana antara pihak yang bermasalah tidak mencapai tujuan dan kesepakatan yan ada sehingga hal ini bisa mencampuri urusan masing-masing pihak.
Jadi kesimpulannya konflik adalah sebuah proses dimana ada keadaa yang terus berubah dan ada banyak kepentingan yang butuh penyelesaian sehingga bisa menyamakan persepsi agar tidak ada konflik parah yang bisa merusak hubungan kedua belah pihak.
Faktor penyebab konflik
Setelah mengetahui pengertian konflik, sekarang saatnya Anda mengetahui faktor yang menyebabkan konflik terjadi.
1. Saling tergantung satu sama lain
Yang mengakibatkan konflik terjadi adalah karena satu dan yang lainnya memiliki ketergantungan yang menyebabkan konflik bila satu dari mereka tidak sejalan.
2. Memiliki perbedaan tujuan
Dan yang kedua adalah karena perbedaan tujuan. Tujuan dalam mendapatkan sesuatu menjadi pemicu timbulnya konflik.
3. Memiliki perbedaan pandangan atau persepsi
Yang selanjutnya adalah karena adanya perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi dan pandangan menyebabkan orang mudah terpancing emosi dan terjadilah konflik.
Sedangkan menurut ahli Smith, Mazzarella dan Piele, konflik memiliki berbagai jenis seperti dibawah ini.
1. Adanya masalah komunikasi
Komunikasi menjadi pemicu utama adanya konflik, biasanya dalam komunikasi terdapat kesalahpahaman yang menyebabkans seseorang berseteru dan timbullah konflik.
2. Adanya struktur organisasi
Dalam organisasi tidak bisa semua orang memiliki 1 pandangan, oleh karena itu ada banyak konfil yang terjadi namun harus bisa diselesaikan dengan baik.
3. Perbedaan sifat manusia
Dan yang terakhir adalah karena perbedaan sifat manusia yang memang menjadi faktor timbulnya konflik.
Macam-macam konflik
Ada beberapa jenis konflik seperti dibawah ini.
1. Konflik sosial
2. Konflik antar kelompok sosial
3. Konflik antar negara
4. Konflik antar organisasi
5. Konflik antar partai politik
6. Dan konflik antara individu dengan kelompok

TEORI KONFLIK
A. Teori Konflik Menurut Karl Marx
Karl Marx dipandang sebagai tokoh utama—dan yang paling kontroversial—yang menjelaskan sumber-sumber konflik serta pengaruhnya terhadap peningkatan perubahan sosial secara revolusioner. Marx mengatakan bahwa potensi-potensi konflik terutama terjadi dalam bidang pekonomian, dan ia pun memperlihatkan bahwa perjuangan atau konflik juga terjadi dalam bidang distribusi prestise/status dan kekuasaan politik.
Segi-segi pemikiran filosofis Marx berpusat pada usaha untuk membuka kedok sistem nilai masyarakat, pola kepercayaan dan bentuk kesadaran sebagai ideologi yang mencerminkan dan memperkuat kepentingan kelas yang berkuasa. Meskipun dalam pandangannya, orientasi budaya tidak seluruhnya ditentukan oleh struktur kelas ekonomi, orientasi tersebut sangat dipengaruhi dan dipaksa oleh struktur tersebut. Tekanan Marx pada pentingnya kondisi materiil seperti terlihat dalam struktur masyarakat, membatasi pengaruh budaya terhadap kesadaran individu para pelakunya. Terdapat beberapa segi kenyataan sosial yang Marx tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan terhadap adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling bertentangan diantara orang-orang dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadaran dan berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial, merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Marx lebih cenderung melihat nilai dan norma budaya sebagai ideologi yang mencerminkan usaha kelompok-kelompok dominan untuk membenarkan berlangsungnya dominasi mereka. Selanjutnya, mereka pun berusaha mengungkapkan berbagai kepentingan yang berbeda dan bertentangan yang mungkin dikelabui oleh munculnya konsensus nilai dan norma. Apabila konsensus terhadap nilai dan norma ada, para ahli teori konflik menduga bahwa konsensus itu mencerminkan kontrol dari kelompok dominan dalam masyarakat terhadap berbagai media komunikasi (seperti lembaga pendidikan dan lembaga media massa), dimana kesadaran individu dan komitmen ideologi bagi kepentingan kelompok dominan dibentuk.
B. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Teori konflik Ralf Dahrendorf menarik perhatian para ahli sosiologi Amerika Serikat sejak diterbitkannya buku “Class and Class Conflict in Industrial Society”, pada tahun 1959.Asumsi Ralf tentang masyarakat ialah bahwa setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan, dan pertikaian serta konflik ada dalam sistem sosial juga berbagai elemen kemasyarakatan memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan. Suatu bentuk keteraturan dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang memiliki kekuasaan, sehingga ia menekankan tentang peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Bagi Dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan konsesus yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian diusulkan agar teori sosiologi dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik dan teori konsesus. Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat sedangkan teori konsesus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat. Bagi Ralf, masyarakat tidak akan ada tanpa konsesus dan konflik. Masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Jadi ada perilaku yang ditentukan dan perilaku yang otonom, maka keduanya harus seimbang. Salah satu karya besar Dahrendorf “Class and class Conflict in Industrial Society” dapat dipahami pemikiran Dahrendorf dimana asumsinya bahwa teori fungsionalisme struktural tradisional mengalami kegagalan karena teori ini tidak mampu untuk memahami masalah perubahan sosial, terutama menganilisis masalah konflik.Dahrendorf mengemukakan teorinya dengan melakukan kritik dan modifikasi atas pemikiran Karl Marx, yang berasumsi bahwa kapitalisme, pemilikandan kontrol atas sarana-sarana produksi berada di tangan individu-individu yang sama, yang sering disebut kaum borjuis dan kaum proletariat. Teori konflik dipahami melalui suatu pemahaman bahwa masyarakat memiliki dua wajah karena setiap masyarakat kapan saja tunduk pada perubahan, sehingga asumsinya bahwa perubahan sosial ada dimana-mana, selanjutnya masyarakat juga bisa memperlihatkan perpecahan dan konflik pada saat tertentu dan juga memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan, karena masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
C. Teori Konflik Lewis A Cooser
Tampak ada upaya Coser untuk mengintegrasikan fungionalisme dengan konflik.Menurut George Ritzer dalam melakukan kombinasi itu, baik teori fungsionalime maupun teori konflik akan lebih kuat ketimbang berdiri sendiri.Selama lebih dari dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan beberapa ahli sosiologi yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori konflik), Coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan tersebut. Coser mengakui beberapa susunan struktural merupakan hasil persetujuan dan konsensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsional struktural, tetapi dia juga menunjuk pada proses lain yaitu konflik sosial. Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering melihat konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser menunjukkan bahwa konflik dengan kelompok-luar akan membantu pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser (1956:92-93) berpendapat bahwa “tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok. Coser menegaskan bahwa kohesi sosial dalam kelompok mirip sekte itu tergantung pada penerimaan secara total selurh aspek-aspek kehidupan kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok “mirip-sekte” dengan ikatan tangguh itu bisa tergantung pada musuh-musuh luar. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis. Coser mengutip berbagai contoh fenomena itu dari catatan-catatan historis mengenai kelahiran serta perkembangan serikat-serikat buruh. Akan tetapi contoh yang sama dapat diitemukan pada bangsa yang sedang berperang, pada kelahiran sekte keagamaan atau diantara kelompok-kelompok politik ekstrim di suatu Negara. Sementara kontroversi internal tidak dapat ditolerir, misalnya di antara kelompok-kelompok keagamaan mirip sekte seperti “The Children of God”, perjuangan kelompok tersebut melawan kaum kafir mungkin memperkuat kemampuannya untuk menarik serta memperahankan orang-orang yang baru masuk agamanya. Bilamana perjuangan yang membawa kelompok demikian untuk memperhatikan media perkabaran tiba-tiba terhenti, Coser mengatakan musuh-musuh baru mungkin mencoba untuk lebih memperkuat perkembangan dan peningkaan kohesi kelompok-kelompok yang demikian tak hanya mencapai identitas struktural lewat oposisi dengan berbagai kelompok luar tetapi dalam perjuangannya juga mengalami peningkatan integrasi dan kohesi.
D. Teori Konflik George Simmel
Menurut George Simmel, dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat di dalamnya selalu mencangkup yang namannya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, cinta dan kebencian, dsb. Pendek kata Simmel melihat hubungan manusia selalu ditandai oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antar individu dan masyarakat. Bagi Simmel, konflik merupakan suatu yang essensial dari kehidupan sosial sebagai suatu hal yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial. Menurutnya adalah naif jika konflik dipandang sebagai suatu yang negatif dan konsensus dipandang sebagai suatu yang positif. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari konflik. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan ketertiban sebenarnya bersifat korelatif, keduanya sama-sama memperteguh dan juga menghancurkan bagian-bagian dari adat istiadat yang ada sebagai dialektika abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, adalah kesalahan sosiologis apabila memisahkan antara keteraturan dan ketidak teraturan misalkan konflik dan konsensus, sebab keduanya bukanlah realitas yang berbeda melainkan hanya beda dalam aspek formalnya belaka dari suatu realitas yang sama dan dapat kita ketahui bahwa dalam sebuah konflik terdapat pula konsensus sebab keduanya merupakan dualisme dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Dan dari konflik itu lah terjadi sebuah perubahan sosial di desa tersebut yang pada kenyataanya memiliki fungsi semakin bersemangatnya masing-masing kelompok untuk meningkatkan kualitasnya agar tidak kalah dengan kelompok saingannya.

NEGOSIASI
Proses negosiasi umumnya menggunakan 2 pendekatan utama, yaitu game theory yang juga dikenal dengan teori strategis dan behavioral negotiation theory.
Dalam perkembangannya, banyak akademisi meneliti masalah-masalah yang berkaitan denganbargaining sehingga kemudian game theory ini berkembang menjadi teori negosiasi strategis (strategic-negotiation theory) dimana strategi waktu, institusi, informasi dan komitmen menjadi hal yang menentukan di dalamnya. Dalam hal ini strategic-negotiation theory fokus pada pembandingan antara perilaku ekuilibrium dan perilaku efisiensi.
Strategic Negotiation Theory (Game Theory)
Game Theory mempelajari interaksi yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Dalam hal ini tiap pihak akan memilih strategi yang menguntungkan baginya. Studi tentang strategi inilah yang menjadi objek kajian game theory. Itulah mengapa teori ini juga disebut sebagai teori strategis. Dalam teori ini asumsi yang berlaku adalah rasionalitas pihak yang terlibat untuk mencapai kemenangan terbesar dan minimalisir resiko.
Dalam penyelesaian persoalan bargaining digunakan dua pendekatan, yaitupendekatan aksiomatik dan pendekatan strategis.
Pendekatan aksiomatik mengandung sejumlah aksioma menguntungkan yang mengimplikasikan solusi unik dan bersifat macro-oriented. Pendekatan ini juga dikenal sebagai teori kooperatif karena pihak yang terlibat boleh membuat perjanjian yang mengikat satu sama lain.
Pendekatan kedua adalah pendekatan strategis yang fokus pada pilihan pelaku tentang strategi dalam game modeling yang kooperatif. Teori negosiasi strategis dengan keterbatasan informasi umumnya mengggunakan doktrin Harsanyi dimana negosiator muncul di hadapan lawan dengan berpura-pura tidak mengetahui info apapun untuk memancing info dari lawan. Doktrin ini kemudian diaplikasikan ke dalam model bargaining statis.
Teori bargaining statis menganalisis proses negosiasi melalui konsep bentuk perluasan, struktur pembayaran, struktur informasi dan ekuilibrium yang kemudian mengarahkan pada 5 poin penting. Poin ini mencakup penawaranjangka waktu, informasi, fungsi kebutuhan serta asumsi tambahan jika negosiasi melibatkan beberapa penjual atau pembeli.
Behavioral Negotiation Theory
Neale dan Northcraft kemudian mencoba mengidentifikasi proses terjadinya negosiasi antara dua pihak dengan merangkum disiplin ilmu terkait seperti psikologi dan matematika. Studi ini kemudian terbagi menjadi 2 kerangka pikir, yaitu:
1.   kerangka pikir secara konstektual yang bersifat statis
2.   kerangka pikir tentang negosiator yang bersifat dinamis
Kerangka konstektual adalah hal-hal yang pasti ada dalam tiap negosiasi dan sifatnya statis, seperti keberadaan kepentingan dan power sedangkan kerangka dinamis sifatnya fluktuatif dalam mempengaruhi negosiasi, tergantung pada waktu dan sikon. Kerangka konstektual ini melibatkan game theory dimana di dalamnya terkandung pengaruh struktural seperti power, deadline dan potensi integratif. Selain itu kerangka konstektual juga menggunakan agency theory dimana jumlah pihak yang terlibat dan pihak ketiga menjadi bahan analitis . Kerangkan konstektual ini kemudian berinteraksi dengan pola dinamis seperti pemahaman negosiator yang meliputi perencanaan, pemrosesan informasi, sikap dan perbedaan individu yang kemudian melalui tahapan proses interaksi. Dalam proses interaksi ini terkandung taktik pengaruh dan taktik komunikasi yang mempengaruhi hasil negosiasi.
Hausken sebagai penulis mempunyai 4 kritik terhadap teori ala Neale dan Northcraft ini yang intinya penggunaan konsep yang terlalu statis dan usang seperti lebih preskriptif daripada deskriptif sehingga tidak menjelaskan tentang apa sebenarnya dilakukan oleh negosiator tetapi lebih kepada apa yang seharusnya dilakukan oleh negosiator.
Bagian dinamis dari game theory merupakan inti dari negosiasi. Hausken membuat kerangka baru yang integratif dengan menggabungkan konsep strategis (game theory) dan behavioral negotiation theory dan membuat 8 parameter baru. Kemudian parameter-parameter ini dibagi ke dalam 3 kelompok.
·  Kelompok pertama menyinggung strtuktur statis yang mempengaruhi pengaruh struktural (power,deadline,potential integrative).
·         Kelompok kedua mempengaruhi struktur interaksi.
·  kelompok ketiga adalah pemahaman tentang game theory. Pengaruh struktural dan sruktur interaksi saling mempengaruhi melalui pemahaman tentang game theory yang pada akhirnya mempengaruhi hasil negosiasi.
Kedelapan parameter yang kemudian tereduksi ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya terletak pada penggunaan perhitungan matematis melalui grafik dan tabel yang dapat memperjelas analisis. Namun perhitungan matematis ini memiliki kerugian karena mengabaikan aspek perilaku.

CONTOH KONFLIK

Konflik tawuran antar pelajar
Perkelahian atau yang sering disebut tawuran sering sekali terjadi diantara pelajar. Bahkan bukan hanya pelajar SMA. tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Tawuran yang terjadi apabila dapat dikatakan hampir setiap bulan, minggu, bahkan mungkin hari selalu terjadi antar pelajar yang kadang-kadang berujung dengan hilangnya satu nyawa pelajar secara sia-sia. Pelajar yang seharusnya menimba ilmu di sekolah untuk bekal mass depan yang lebih baik menjadi penerus bangsa malah berkeliaran diluar dan melakukan hal-hal yang dapat berakibat fatal.
Menurut saya, yang harusnya patut dipertanyakan tentang tanggung jawab itu yaitu pihak keluarga mereka masing-masing. Salah satu faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar ialah ketidakmampuan orangtua menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam mendidik dan melindungi anak. Padahal, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26 ayat 1 telah ditegaskan bahwa orangtua berkewajiban dalam melindungi anak, baik dalam hal mengasuh, memelihara, mendidik, melindungi, maupun mengembangkan bakat anak. Menyalahkan pihak sekolah atas terjadinya tawuran merupakan sasarann yang kurang tepat karena mungkin pihak sekolah bukannya seperti menutup mata atas apa yang terjadi pada anak didiknya, tapi semua itu karena terbatasnya kewajiban mereka sebagai pendidik, yang secara tidak langsung dapat dikatakan pihak sekolah tidak dapat selalu memantau apa yang terjadi di luar sekolah karena banyaknya anak-anak yang harus mereka pantau. 
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan didalam diri indivudu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang pelajar/remaja terlibat perkelahian(tawuran). 

Solusi untung penanganannya :
Berikut ini merupakan beberapa solusi yang dapat digunakan untuk menangani konflik mengenai tawuran antar pelajar yang sering terjadi di Indonesia.
a. Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika cara penyelesaiannya menggunakan kekerasan.
b. Melakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
c. Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
d. Ajarkan ilmu sosial budaya karena sangan bermanfaat untuk pelajar khususnya agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
e. Bagi para orang tua, mulailah belajar jadi sahabat untuk anak-anaknya.
f. Dibuatnya sekolah khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat tawuran.
g. Perbanyak kegiatan ekstrakulikuler atau organisasi yang terdapat di sekolah.
h. Diadakannya pengembangan bakat dan minat pelajar.
i. Diberikannya pendidikan agama sejak usia dini,
j. Boarding school (sekolah berasrama).



0 komentar:

Posting Komentar

 

WELCOME FELLAS Template by Ipietoon Cute Blog Design